[Senin, 28 Januari 2013] Dalam artikel terakhir, kita sepakat tidak semua perusahaan bagus
sahamnya juga bagus dan layak dikoleksi. Memahami kenyataan ini,
berinvestasi saham menjadi mudah yaitu mencari saham perusahaan bagus
yang masih berharga bagus.
Masalahnya, dalam kondisi normal seperti saat ini dengan rata-rata
PER saham di BEI sudah sekitar 16 kali, tidak mudah untuk mendapatkan
saham bagus dari perusahaan bagus. Di sisi lain, dalam keadaan apa pun,
investor tidak pernah mau melirik saham jelek dari perusahaan jelek
apalagi sampai membelinya. Buat apa kita susah-susah memikirkan saham
perusahaan jelek yang harganya juga tak menarik?
Dus, pilihan saham yang tersedia untuk investor saham di BEI hanya
tinggal dua yaitu saham bagus dari perusahaan jelek atau saham jelek
dari perusahaan bagus. Mana yang sebaiknya dipilih? Jika Anda mengelola
dana institusi, saran saya sebaiknya Anda mengoleksi saham jelek
perusahaan bagus. Alasannya, jika Anda memilih saham bagus dan ternyata
hasilnya jauh di bawah ekspektasi apalagi jika harganya turun, maka Anda
pasti disalahkan. ”Perusahaan jelek seperti itu kok sahamnya dibeli?”
Kondisi ini berbeda dengan perusahaan bagus yang sahamnya kebetulan
turun setahun setelah dibeli. Anda bisa mengatakan karena nasib sedang
sial atau karena kondisi ekonomi global atau nasional tidak mendukung.
Para pemilik uang atau atasan Anda akan dapat memakluminya.
Contohnya, jika Anda membeli saham Astra International (ASII) tepat
setahun lalu di harga Rp 7.800, Anda tak akan banyak disalahkan ketika
di akhir 2012 harganya turun menjadi Rp 7.600 mengingat ASII adalah
saham blue chip berkapitalisasi terbesar yang sahamnya dimiliki hampir
semua investor institusi. Pertanggungjawaban yang harus Anda lakukan
tentunya jauh lebih sulit jika setahun lalu Anda memutuskan membeli
saham Catur Sentosa Adiprana (CSAP) pada harga Rp 235 jika saat ini
harganya melorot ke Rp 230.
Jika Anda tidak percaya, silakan periksa lima saham utama dari
reksadana saham yang ditawarkan di pasar. Hampir pasti lima saham utama
yang jumlah keseluruhannya mencapai 50% portofolio reksadana itu adalah
saham perusahaan bagus yang berkapitalisasi besar yang masuk dalam LQ-45
seperti ASII, BBCA, BMRI, BBRI, dan UNVR, PGAS, TLKM, dan lainnya.
Inilah sebabnya kinerja reksadana saham umumnya akan berada di
sekitar pertumbuhan indeks LQ-45 atau IHSG. Hanya reksadana saham yang
berani menyimpang dari praktik mainstream ini yang dapat berkinerja jauh
di atas indeks LQ-45 dan IHSG, sekaligus jauh di bawah kedua indeks itu
jika pilihan sahamnya ternyata meleset.
Selain pertimbangan utama di atas, mana yang sebaiknya dipilih juga
tergantung tiga faktor lain. Pertama, tujuan investasi Anda. Jika target
Anda hanya 15% per tahun, saham jelek dari perusahaan bagus yang lebih
cocok. Tetapi kalau target return Anda 30% atau lebih, saran saya adalah
memilih saham bagus dari perusahaan jelek.
Namun, Anda harus lebih berhati-hati karena biasanya saham yang
menjanjikan potensi keuntungan tahunan 30% atau lebih, risikonya juga
tinggi. Penjelasan gampangnya adalah, pada saat terjadinya resesi atau rush,
saham dari perusahaan bagus umumnya lebih tahan goncangan. Investor akan
cenderung untuk melepas saham perusahaan jelek lebih dahulu. Data di
BEI beberapa tahun terakhir mendukung pandangan ini. Di luar emiten Grup
Bakrie yang mendominasi top losers tahun 2012, 10 saham yang mengalami
kenaikan dan penurunan terbesar umumnya adalah perusahaan jelek, dilihat
dari kecilnya kapitalisasi pasar.
Kedua, yang juga tidak boleh dilupakan adalah faktor periode
investasi. Apakah Anda membeli saham dan berniat memegangnya
bertahun-tahun atau hanya dalam hitungan beberapa bulan hingga setahun
ke depan? Untuk jangka panjang, saran saya adalah membeli perusahaan
bagus.
Jika membeli saham bagus dari perusahaan jelek, Anda tidak boleh
melupakan satu hal yaitu melakukan evaluasi atas investasi Anda itu,
minimal dua kali setahun. Membeli saham bagus dari perusahaan jelek
memang tidak bisa memberikan Anda tidur nyenyak seperti memegang saham
perusahaan bagus.
Terakhir, strategi investasi Anda juga ikut menentukan saham mana
yang sebaiknya dikoleksi. Jika Anda bermain saham secara aktif, memilih
saham bagus dari perusahaan jelek dapat Anda lakukan. Sebaliknya, jika
Anda cenderung pasif, saran saya pilihlah skenario aman yaitu
mengumpulkan saham jelek dari perusahaan bagus. - Budi Frensidy (Sumber : Kontan.co.id)
0 Response to "Pilih saham bagus atau perusahaan bagus?"
Post a Comment