[Senin, 7 Januari 2013] Saya menguraikan enam perbedaan investor
institusi dan investor individu. Salah satu perbedaan itu adalah
investor institusi mengejar perusahaan bagus, sementara investor
individu mencari saham bagus. Saham bagus tidak sama dengan perusahaan
bagus. Anda tahu bedanya?
Saham yang bagus (good stocks) adalah saham berharga bagus atau saham
yang menjanjikan return yang besar di masa depan. Sedangkan, perusahaan
bagus (good company) ukuran sederhananya adalah perusahaan yang
mempunyai rating yang bagus, minimal BBB sebagai batas peringkat layak
investasi.
Kriteria lain, perusahaan bagus adalah perusahaan yang produknya ada
di sekitar kita, membayar dividen tahunan, dan sering memperoleh award
dari pihak luar.
Sedangkan, majalah Fortune mendefinisikan perusahaan bagus sebagai
perusahaan yang manajemennya bermutu, produk dan jasa yang dihasilkan
berkualitas, inovasi tinggi, keuangan sehat, tanggung jawab sosial
tinggi, penggunaan harta perusahaan bijak (good governance), dan sumber
daya manusianya kompeten.
Berdasarkan jawaban 8.000 eksekutif senior terhadap 311 perusahaan di
32 industri pada periode tahun 1990-an, Fortune menemukan perusahaan
yang memiliki sifat-sifat di atas umumnya adalah perusahaan besar. Hasil ini kemudian digunakan Hersh Shefrin yang mengelompokkan perusahaan bagus atau tidak berdasarkan besarnya (size).
Mengapa banyak investor termasuk yang berpengalaman sekalipun
menganggap saham bagus adalah saham dari perusahaan bagus? Pemenang
Nobel ekonomi 2002 Kahneman dan Tversky menyebutkan, kejadian ini
sebagai bias representatif.
Bias ini berhubungan dengan fenomena manusia yang seringkali
mengambil keputusan berdasarkan stereotype. Banyak sekali kita menemui
contoh bias ini dalam kehidupan sehari-hari. Anak-anak dari orangtua yang pendek dipercaya akan pendek, calon
pelamar kerja yang indeks prestasinya (IPK) tinggi dianggap akan
berprestasi tinggi juga dalam pekerjaannya.
Sedangkan mereka yang ber-IPK rendah diprediksi akan melempem dalam
pekerjaannya. Yang sebagian besar orang abaikan dalam kasus anak dengan
orang tua pendek adalah pada masa orang tuanya, ekonomi mungkin begitu
sulit dengan penghasilan pas-pasan dan keluarga umumnya masih beranggota
banyak sehingga gizi dan kualitas kehidupan juga marginal.
Ini tentu berbeda dengan zaman si anak sekarang. Begitu juga dalam
kasus pelamar kerja yang tidak diterima karena ber-IPK rendah. Tidak
pernah diperhitungkan kemungkinan nasib sial atau kondisi belum
stabilnya emosi atau ekonomi si calon pekerja itu waktu berkuliah.
Dikaitkan dengan saham, perusahaan bagus dianalogikan dengan lulusan
ber-IPK tinggi dan perusahaan jelek dengan yang ber-IPK rendah. Sedangkan return saham disamakan dengan prestasi kerja. Dengan
pendekatan stereotype seperti ini, perusahaan bagus diharapkan akan
memberikan return yang bagus atau menjadi saham bagus.
Idealnya, kita memegang saham bagus yang perusahaannya juga bagus
(good stock of good company) dan menghindari saham jelek dari perusahaan
(bad stock of bad company). Warren Buffett pernah mengatakan, kalau yang perlu dilakukan dalam
berinvestasi adalah memilih saham bagus pada harga bagus dan terus
memegangnya selama perusahaannya tetap bagus.
Masalahnya, tidak semua perusahaan bagus, sahamnya juga bagus atau
layak dikoleksi, serta tidak semua perusahaan jelek sahamnya juga tidak
layak beli. A good company is not always a good stock, and conversely, a
beaten-down stock could be a good purchase.
Ada yang langsung bertanya, “Bagaimana mungkin ada perusahaan bagus
yang sahamnya dibilang jelek atau perusahaan jelek tetapi sahamnya
bagus?” Jawabannya mudah saja, saham bagus atau jelek harus dilihat terpisah
dari perusahaannya, artinya mesti dilihat dari murah atau mahalnya harga
saham itu di pasar pada saat tertentu.
Akibat optimisme dan pesimisme yang berlebihan, saham perusahaan bagus bisa saja kemahalan dan saham perusahaan jelek kemurahan Jika demikian, bagaimana strategi investor jika yang tersedia adalah
saham jelek dari perusahaan bagus (saham perusahaan bagus yang harganya
tinggi) dan saham bagus dari perusahaan jelek (saham perusahaan jelek
tapi harganya sangat rendah).
Mana yang sebaiknya dipilih tergantung apakah Anda mengelola dana sendiri atau dana orang lain. Jika Anda membeli saham dengan menggunakan dana perusahaan atau
masyarakat, saya menganjurkan Anda memprioritaskan saham dari perusahaan
bagus dan bukan saham bagus. Inilah yang saya rekomendasikan untuk korporasi yang rutin
berkonsultasi dengan saya dalam stock picking. Sementara untuk
portofolio sendiri, saya memegang beberapa saham lain yang tidak dapat
saya sarankan untuk investor institusi.
Apakah ini berarti semua investor individu mesti berburu saham bagus?
Tidak juga, karena masih ada tiga alasan lain yang perlu
dipertimbangkan seorang investor sebelum memutuskan memilih saham bagus
atau perusahaan bagus. Oleh : Budi Frensidy (Sumber : Kontan.co.id)
0 Response to "Membedakan saham dan perusahaan bagus"
Post a Comment