INI kisah sukses. Seorang yang semula miskin, menjadi kaya raya dengan berinvestasi di pasar saham. Dividen dari puluhan perusahaan yang dia miliki sahamnya, bisa memenuhi seluruh kebutuhan hidupnya sampai generasi berikut. Tidak perlu memiliki dan mengelola usaha dengan aneka kepusingannya.
Itulah Lo Keng Hong, yang tampil
berbicara di atas podium Investor Summit, yang digelar Bursa Efek
Indonesia, di Jakarta dan di Surabaya pekan lalu. Selain dia, juga
tampil Satrio Yudi Wahono, yang populer dengan nama Piyu, musisi yang
juga menceritakan kisah suksesnya berinvestasi saham.
Lo Keng Hong
(52) semasa kecil, hidupnya susah. Rumahnya di Jakarta sempit, hanya
selebar empat meter. “Suatu ketika, ada teman adik saya yang mau ke
rumah. Tetapi adik saya itu membawa temannya berputar-putar, sehingga
temannya ketinggalan, lalu tidak jadi ke rumah. Adik saya bilang, malu
punya rumah kecil,” papar Lo Keng. Kiranya cerita itu cukup
menggambarkan kemiskinan yang mendera keluarga Lo Kheng Hong dulu.
Sudah
20 tahun lebih Lo Kheng berinvestasi di bursa. Meski memiliki
pengalaman panjang, dia tidak ingin melakukan diversifikasi ke instrumen
investasi lainnya, semisal emas. Ia setia dan fokus pada saham. Kalau
pun melakukan diversifikasi, hanya sebatas variasi usaha emiten.
Boleh
dikata, tidur pulas pun Lo Kheng Hong bisa menjadi miliarder di pasar
saham dan mengeduk keuntungan investasi (capital gain) hingga 150.000%.
€Asetnya disebut-sebut bernilai triliunan rupiah. Ia mengoleksi saham
yang mampu mencetak keuntungan investasi hingga ratusan, ribuan persen.
Kendati
kaya raya, pria berusia 52 tahun ini tidak punya karakter dan
penampilan glamour, agresif, dinamis, meledak-ledak. Ia bersahaja,
sabar, rendah hati, kalem, bahkan terkesan dingin. Itulah kesan saya
ketika bertemu dan bersalaman dan berkenalan di Surabaya.
Ia bukan
pula tipikal investor yang sepanjang hari memelototi pergerakan harga
saham atau mencermati perkembangan isu, rumor, dan berita di lantai
bursa. Ia juga tidak melengkapi diri dengan handphone canggih, laptop
terkini, notebook, iPad, atau perangkat paling mutakhir sejenisnya.
Bahkan ketika saya meminta dia melihat miscall nomor saya di teleponnya,
pria yang berambut putih karena ubanan ini malah tersenyum kecil. “Hp
saya charge di hotel dan saya lupa bawa,” katanya.
Apa kiatnya?
Horizon investasinya selalu berjangka panjang. Bukan trader harian, lalu
stres juga setiap saat. Itulah sebabnya, kalangan praktisi pasar saham
menjulukinya ‘Warren Buffett Indonesia’. Dalam bukunya, Warren
Buffett memang menyatakan, jangan membeli saham, tetapi belilah
perusahaan. Artinya, belilah saham perusahaan yang baik fundamentalnya,
sejarah kinerjanya bagus, dan paling penting memiliki prospek bisnis
bagus. Bagi Lo Kheng Hong, ia tambahkan faktor manajamen. Alasannya,
manajemen yang baik akan mengelola perusahaan secara baik pula. Tidak
suka mencuri uang perusahaan dengan aneka modus.
“Kalau trading,
dapatnya receh dan bisa bikin stres. Pegang saham dalam jangka panjang,
dapat uangnya besar,” ujar Kheng Hong. Dengan prinsip itulah ia justru
lolos dari badai krisis 1997-1998. Bahkan, boleh dikata krisis membawa
berkah ayah dua anak ini, karena mampu menangguk keuntungan hingga
150.000%.
Bukan berarti dia tak pernah bermasalah dengan
investasinya. Ia sempat jatuh dalam krisis 1997-1998, hingga uangnya
tinggal 15%. Tapi uang itu malah dibelikan saham lagi. Akhirnya uang itu
meningkat 150.000% sampai saat ini.
Ada petuah juga yang patut
dicamkan bagi investor pemula. Perlakukanlah investasi kita sebagaimana
seorang petani memperlakukan pertaniannya. Ia hanya datang sesekali ke
kota untuk mengecek hasil investasinya, kemudian memilih saham yang akan
dibeli untuk menambah portofolionya, setelah itu ia kembali ke desa. Ia
tidak pernah melihat pergerakan indeks harga saham seperti trader
dengan cerita heboh.
Kisah-kisah sukses inilah yang hendak dibagi
Bursa Efek Indonesia kepada invenstor potensial di daerah dengan
menggelar Investor Summit. Selain mendengar kisah dan kiat investor
sukses, investor juga berkesempatan bertemu manajemen perusahaan. Untuk
mencapai kemakmuran, memang hanya dua sumbernya. “Penghasilan dan
investasi,” ujar Friderica Widyasari, Direktur BEI. (Sumber : Inilah.com)
0 Response to "Petani Tua, Warren Buffett, dan Lo Kheng Hong"
Post a Comment