header niko 728 x 90

Window Dressing

Memasuki akhir tahun dan menjelang tahun baru, mal-mal biasanya sibuk menghias kaca-kaca jendela mereka (window dressing) dengan aneka ragam hiasan. Tujuannya, tentu saja, adalah untuk memikat pembeli sebanyak-banyaknya. Fenomena window dressing seperti ini juga sering terjadi di dunia keuangan. Manajer investasi melakukan window dressing menjelang pelaporan kinerja mereka.

SEPERTI kita tahu, umumnya, para manajer investasi (fund manager) yang memiliki produk reksadana secara rutin akan menyampaikan laporan hasil pengelolaan reksadananya kepada para investor. Dalam laporan yang dirilis tiap akhir triwulan atau akhir tahun ini, manajer investasi akan merinci surat-surat berharga yang ada di dalam portofolio investasi reksadana tersebut.

Nah, saat pelaporan ini, sebagian manajer investasi tak jarang melakukan praktik window dressing. Mirip dengan fenomena mal-mal yang berhias menjelang tahu baru tadi, para manajer investasi juga "mendandani" laporannya agar terlihat memikat. Caranya, mereka akan menjual surat-surat berharga yang harganya hancur dan kemudian membeli surat berharga yang harganya sedang melejit dan menjadi pembicaraan di pasar.

Dengan strategi seperti ini, manajer investasi bisa menyembunyikan kegagalan-kegagalan investasinya. Maklum, di dalam laporan kepada investor, yang tampil adalah portofolio yang berisi surat-surat berharga ngetop tadi. Dus, laporan manajer investasi kepada para investor akan terlihat cantik. Ujungnya, selain memuaskan investor lama, laporan seperti itu juga bisa memikat investor baru.

Karena aksi window dressing itu dilakukan oleh banyak manajer investasi, biasanya harga surat-surat berharga tertentu -seperti saham- akan cenderung meningkat menjelang akhir periode triwulan atau akhir tahun. Jika jeli, ini bisa menjadi peluang bagi investor untuk memetik keuntungan.
Aksi window dressing yang dilakukan oleh para manajer investasi bisa menguntungkan dan sekaligus merugikan investor pasar modal. Investor yang berinvestasi langsung bisa memanfaatkan momen menjelang akhir periode pelaporan itu untuk menjaring keuntungan jangka pendek. Tapi, investor reksadana justru bisa tertipu.

INVESTOR yang berinvestasi langsung di surat berharga seperti saham atau obligasi memang bisa memanfaatkan dampak window dressing untuk memetik keuntungan. Pasalnya, aksi perburuan yang dilakukan oleh para manajer investasi menjelang pelaporan portofolio akan membuat harga beberapa saham atau obligasi melejit. Nah, investor yang jeli bisa mendompleng membeli saham-saham atau obligasi-obligasi itu dan menjualnya kembali sebelum harganya turun.

Namun, dampak bagi investor reksadana sendiri justru tak terlalu baik. Window dressing atau aksi permak laporan portofolio reksadana yang dilakukan para manajer investasi membuat para investor memperoleh informasi yang keliru tentang reksadana yang dimilikinya. Laporan portofolio reksadana yang mereka terima memang terlihat cantik. Reksadana itu berinvestasi di instrumen-instrumen investasi yang ngetop. Kalau saham, ya, pasti saham-saham unggulan; bukan saham gorengan.

Padahal, barang-barang premium itu mungkin hanya akan mejeng sementara saja di laporan itu. Sebab, sangat mungkin, manajer investasi akan menjual kembali aset-aset itu setelah masa pelaporan portofolio selesai. Karenanya, ketika menerima laporan reksadana, investor mesti lebih "cerewet". Misalnya, ia bisa menanyakan jangka waktu kepemilikan aset-aset yang ada di laporan itu.

Oh, ya, para emiten saham juga bisa melakukan window dressing. Misalnya, ia menggenjot penjualan sebelum laporan. Tapi, sebagian besar penjualan itu ternyata masih berupa piutang. (Sumber : Kontan.co.id)

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Window Dressing"

Post a Comment