Lo Kheng Hong sangat terinspirasi oleh Warren Buffet. Berdasarkan pengalamannya, ia menetapkan empat syarat yang harus dipenuhi sebelum memutuskan untuk membeli saham tertentu. Syarat yang pertama dan paling utama adalah manajemen, termasuk pemegang saham pengendali yang menunjuk jajaran manajemen.
Ini penting karena menjadi investor di suatu perusahaan berarti mempercayakan seluruh harta milik kita ke manajemen. “Jika dalam membeli properti pertimbangan utamanya adalah lokasi, lokasi, dan lokasi. Maka dalam membeli saham yang menjadi pertimbangan utama adalah manajemen, manajemen, dan manajemen.”
Meski suatu perusahaan atau emiten memiliki fundamental bisnis yang sangat bagus, bagi Kheng Hong, hal itu tidak akan berarti apa pun jika manajemennya ternyata suka mengambil uang perusahaan. Secara spesifik, dia mengakui emiten-emiten dalam Grup Astra, Unilever, dan BUMN telah terbukti baik.
Selanjutnya, adalah profil bisnis yang dimiliki emitan harus hebat. Ini bisa diukur dari tingkat profitabilitas suatu perusahaan, misalnya saja dari tingkat Return on Equity (ROE) yang tinggi, atau dengan menghitung marjin laba bersih. Untuk kategori bisnis yang hebat ini, Kheng Hong menunjuk bisnis produksi DOC milik Multibreeder yang sulit dimasuki pemain lain. Saat ini, praktis di Indonesia hanya ada dua pemain yang bisa eksis di bisnis yang harus dikelola dengan standar biosecurity yang sangat tinggi ini.
“Pemain baru tidak ada yang berani masuk ke bisnis ini karena memang sulit. Padahal, tingkat marjinnya sangat tinggi,” katanya. Pada tahun 2010 lalu, tingkat ROE Multibreeder tercatat mencapai 58,7 persen. Dengan nilai buku ekuitasnya hanya 436 miliar rupiah, Multibreeder bisa membukukan laba bersih 256 miliar rupiah. “Ini adalah bisnis yang hebat,” katanya.
Syarat yang ketiga, adalah kemampuan perusahaan untuk tumbuh. Untuk ini, ada empat kategori perusahaan, pertama adalah perusahaan yang terus merugi, kedua adalah perusahaan yang kadang untung dan kadang rugi, ketiga yakni perusahaan yang laba terus tetapi stagnan.“Jenis perusahaan yang keempat itu adalah perusahaan yang bisa menghasilkan laba yang terus bertumbuh setiap tahunnya. Ini adalah perusahaan yang growing,” kata pria yang punya hobi mengamati laporan keuangan emiten ini.
Terakhir, pertimbangan Kheng Hong dalam memilih saham adalah valuasi yang murah. Berbeda dengan investor umumnya, Kheng Hong konsisten memvaluasi saham berdasarkan kemampuannya mencetak laba (Price Earning Ratio). Dia tidak mempermasalahkan jika harga suatu saham telah naik tinggi, asalkan PE nya masih relatif kecil.
Setelah keempat syarat itu terpenuhi, Kheng Hong tidak akan ragu lagi untuk membeli saham yang dirasa bagus tersebut. Jika sudah menemukan saham yang sudah bagus, Kheng Hong mengaku tidak perlu menunggu saat yang tepat, apalagi menunggu rekomendasi dari orang lain.
“Tapi saat yang paling baik untuk masuk itu sebenarnya ketika krisis, ketika orang lain semua takut masuk. Ketika inilah kita bisa menemukan saham-saham bagus dengan harga yang sangat murah. Krisis itu adalah kesempatan emas,” tegasnya.
Hal itu telah dilakukannya ketika krisis 1998 lalu. Saat itu, Kheng Hong berani menaruh seluruh kekayaannya hanya di satu macam saham, yakni PT United Tractors Tbk. Ketika itu, dia masuk ketika harga saham perusahaan di Grup Astra itu sempat menyentuh level 125 rupiah per saham.
“Akhirnya saham itu kemudian terbukti naik hingga 400 ribu persen sampai sekarang, (jika dihitung termasuk bonus, dividen, dan stock split),” jelas Kheng Hong yang mengaku menyesal ketika melepas saham tersebut lima tahun kemudian. (Sumber : http://dividensahamku.blogspot.com/2014/01/4-jurus-beli-saham-ala-lo-kheng-hong.html)
0 Response to "4 Jurus Beli Saham Ala Lo Kheng Hong "
Post a Comment