Ada enam perbedaan investor institusi
dan investor individu. Salah satu perbedaan itu adalah investor
institusi mengejar perusahaan bagus, sementara investor individu mencari
saham bagus. Saham bagus tidak sama dengan perusahaan bagus. Anda tahu
bedanya?
Saham yang bagus (good stocks) adalah
saham berharga bagus atau saham yang menjanjikan return yang besar di
masa depan. Sedangkan, perusahaan bagus (good company) ukuran
sederhananya adalah perusahaan yang mempunyai rating yang bagus, minimal
BBB sebagai batas peringkat layak investasi. Kriteria lain, perusahaan
bagus adalah perusahaan yang produknya ada di sekitar kita, membayar
dividen tahunan, dan sering memperoleh award dari pihak luar.
Sedangkan, majalah Fortune
mendefinisikan perusahaan bagus sebagai perusahaan yang manajemennya
bermutu, produk dan jasa yang dihasilkan berkualitas, inovasi tinggi,
keuangan sehat, tanggung jawab sosial tinggi, penggunaan harta
perusahaan bijak (good governance), dan sumber daya manusianya kompeten.
Berdasarkan jawaban 8.000 eksekutif senior terhadap 311 perusahaan di
32 industri pada periode tahun 1990-an, Fortune menemukan perusahaan
yang memiliki sifat-sifat di atas umumnya adalah perusahaan besar.
Hasil ini kemudian digunakan Hersh
Shefrin yang mengelompokkan perusahaan bagus atau tidak berdasarkan
besarnya (size). Mengapa banyak investor termasuk yang berpengalaman
sekalipun menganggap saham bagus adalah saham dari perusahaan bagus?
Pemenang Nobel ekonomi 2002 Kahneman dan Tversky menyebutkan, kejadian
ini sebagai bias representatif.
Bias ini berhubungan dengan fenomena
manusia yang seringkali mengambil keputusan berdasarkan stereotype.
Banyak sekali kita menemui contoh bias ini dalam kehidupan sehari-hari.
Anak-anak dari orangtua yang pendek
dipercaya akan pendek, calon pelamar kerja yang indeks prestasinya (IPK)
tinggi dianggap akan berprestasi tinggi juga dalam pekerjaannya.
Sedangkan mereka yang ber-IPK rendah
diprediksi akan melempem dalam pekerjaannya. Yang sebagian besar orang
abaikan dalam kasus anak dengan orang tua pendek adalah pada masa orang
tuanya, ekonomi mungkin begitu sulit dengan penghasilan pas-pasan dan
keluarga umumnya masih beranggota banyak sehingga gizi dan kualitas
kehidupan juga marginal.
Ini tentu berbeda dengan zaman si anak
sekarang. Begitu juga dalam kasus pelamar kerja yang tidak diterima
karena ber-IPK rendah. Tidak pernah diperhitungkan kemungkinan nasib
sial atau kondisi belum stabilnya emosi atau ekonomi si calon pekerja
itu waktu berkuliah.
Dikaitkan dengan saham, perusahaan bagus
dianalogikan dengan lulusan ber-IPK tinggi dan perusahaan jelek dengan
yang ber-IPK rendah. Sedangkan return saham disamakan dengan prestasi
kerja. Dengan pendekatan stereotype seperti ini, perusahaan bagus
diharapkan akan memberikan return yang bagus atau menjadi saham bagus.
Idealnya, kita memegang saham bagus yang
perusahaannya juga bagus (good stock of good company) dan menghindari
saham jelek dari perusahaan (bad stock of bad company). Warren Buffett
pernah mengatakan, kalau yang perlu dilakukan dalam berinvestasi adalah
memilih saham bagus pada harga bagus dan terus memegangnya selama
perusahaannya tetap bagus.
Masalahnya, tidak semua perusahaan
bagus, sahamnya juga bagus atau layak dikoleksi, serta tidak semua
perusahaan jelek sahamnya juga tidak layak beli. A good company is not
always a good stock, and conversely, a beaten-down stock could be a good
purchase. Ada yang langsung bertanya, “Bagaimana mungkin ada perusahaan
bagus yang sahamnya dibilang jelek atau perusahaan jelek tetapi
sahamnya bagus?”
Jawabannya mudah saja, saham bagus atau
jelek harus dilihat terpisah dari perusahaannya, artinya mesti dilihat
dari murah atau mahalnya harga saham itu di pasar pada saat tertentu.
Akibat optimisme dan pesimisme yang berlebihan, saham perusahaan bagus
bisa saja kemahalan dan saham perusahaan jelek kemurahan.
Jika demikian, bagaimana strategi
investor jika yang tersedia adalah saham jelek dari perusahaan bagus
(saham perusahaan bagus yang harganya tinggi) dan saham bagus dari
perusahaan jelek (saham perusahaan jelek tapi harganya sangat rendah).
Mana yang sebaiknya dipilih tergantung apakah Anda mengelola dana
sendiri atau dana orang lain.
Jika Anda membeli saham dengan
menggunakan dana perusahaan atau masyarakat, saya menganjurkan Anda
memprioritaskan saham dari perusahaan bagus dan bukan saham bagus.
Inilah yang saya rekomendasikan untuk korporasi yang rutin berkonsultasi
dengan saya dalam stock picking. Sementara untuk portofolio sendiri,
saya memegang beberapa saham lain yang tidak dapat saya sarankan untuk
investor institusi.
Apakah ini berarti semua investor
individu mesti berburu saham bagus? Tidak juga, karena masih ada tiga
alasan lain yang perlu dipertimbangkan seorang investor sebelum
memutuskan memilih saham bagus atau perusahaan bagus. Saya akan
menuliskan pada kesempatan berikutnya.
pilihan ceerdas adalah menabung saham , karena saham lebih stabil
ReplyDeletePeluang Bisnis